Saturday, February 3, 2007

unlawful

Bagaimana cara menghilangkan kesedihan? Rasanya aku ingin membenamkan kepalaku jauh ke dalam perut ibuku. Pergi sejenak dari bisingnya dunia. Berpaling sementara dari kebingungan yang mendera. Seperti jarum kompas yang kehilangan arah mata anginnya, berputar-putar tak tentu arah. Sampai kapankah aku larut hanyut ke dalam pusaran air, yang mungkin kuciptakan sendiri..Sampai kapan?

Aku sudah merasa lelah. Lelah untuk sebuah asa yang tak tercapai. Lelah untuk bertindak irrasional di luar kendali akal dan nurani. Lelah untuk merasakan hantaman rasa galau dan perih hati. Lelah untuk selalu mencari kesalahan diri. Lelah untuk melihat sekelebat pemandangan yang menyayat hati. Lelah untuk selalu menyembunyikan diri dalam sebuah topeng yang setiap saat berkata, “Aku baik-baik saja” padahal hati penuh cemburu dan amarah.

Apakah ini harga mahal yang harus kutebus atas semua perbuatan dan tindakan bodoh yang telah kulakukan selama ini? Perbuatan dan tindakan bodoh yang kulakukan semata-mata atas nama 5 untai huruf, C-I-N-T-A. Dan demi sebuah kata itulah banyak orang yang bertindak abnormal di luar kewajaran, barangkali termasuk diriku di dalamnya. Sebuah kata itu pula yang mampu mencampuradukkan akal dan perasaanku. Yang mampu membalikkan duniaku. Yang mampu meracuni seluruh isi kepalaku.

Apakah mencintai seseorang merupakan tindakan yang bodoh? Heck..No way!!! Namun setidaknya itulah yang telah terjadi padaku. Itu mungkin merupakan suatu lorong kesalahan yang aku harus lalui…once in my lifetime. Seakan menampik sesuatu hal lain yang sebelumnya telah datang kepadaku. Sesuatu hal yang menawarkan kuntum bunga yang suatu saat akan mekar dan aku tinggal memetiknya. Sesuatu hal yang sebenarnya lebih dulu menawarkan keindahan dan cinta. Sesuatu hal yang sesungguhnya bagai air tenang dengan riak-riak kecil yang menyertainya mengalir menuju ke muara.

Namun dengan tak berperasaan, aku mengenyahkan semuanya. Berlari menuju cahaya yang kulihat hanyalah setitik noktah putih dalam kegelapan malam. Dan dengan pongahnya aku mempercayai bahwa setitik noktah tersebut akan berpendar, membesar dan menerangi jiwaku yang meresah.

Kini semua sudah terlambat. Kapal sudah mengangkat sauh dan berlayar bebas bersama sang nakhoda. Aku berharap, akulah nakhoda kapal itu. Akulah yang akan mengemudikan kapal itu. Akulah yang selalu, setiap saat bersama kapal itu. Aku…dan hanya aku.

Saat semua sudah hilang, pergi..Ke mana aku harus mencari? Aku ingin menghilangkan semua beban yang ada di punggungku. Melemparnya, jauh ke dalam jurang yang dalam. Menenggelamkannya, jauh ke dasar samudera.
Tapi aku tak kuasa. Aku tak berdaya. Biarlah semua kusimpan dalam hati saja. Biarlah semua berlalu apa adanya. Menangis, menyalahkan diri, membenci diri, semua tak ada guna. Kering sudah air mata, habis sudah kata-kata.


Aku tak menyesali adanya pertemuan dengannya. Aku tak menyesali semua rasa sakit yang meruyap karenanya. Aku tak menyesalinya.. Aku bersyukur bahwa aku masih mempunyai kenangan, kenangan tentang suatu cinta yang salah. Aku bersyukur bahwa dalam rasa sakit yang mendera, aku masih tetap dapat hidup dan berkarya. Walau dengan langkah berat, menerobos kabut yang menyelimuti, aku akan terus berjalan menyusuri orbit hidupku.

Hidup adalah perjalanan yang penuh perjuangan dan kita tidak akan pernah tahu akhir dari perjalanan itu.



~love in silent…~

2 comments:

Anonymous said...

dan ketika suatu hari nanti ada cinta baru menghampiri jangan pernah ragu untuk mengulurkan tanganmu sebelum harus menyesal lagi ketika nahkoda lain membawa pergi kapal cintamu lagi dan terlambat lagi menyadari ingin menjadi nahkodanya...keep fight yah mba :)

T-O-E-Y said...

setujuuuu....

semangat...semangat...

yippiiii..... :)